Kaleng rongsokan

Tubuh manusia itu hanya kaleng, kemasan, kotak luar, atau apapun itu menyebutnya. Jiwanya adalah hal terpenting dalam kehidupan. Tubuh yang kita miliki itu hanyalah wujud sementara, akan binasa menjadi tulang belulang, ketika mati. Tiada gunanya manusia berbangga diri dengan fisik yang dia miliki. Karena itu temporer sekali kepemilikannya. Kita hidup hanya berpuluh tahun, tapi di alam lain bisa beribu tahun. Dan kelak, akan berganti lagi fisik/tubuhnya.

Jiwa yang ada di dalam tubuh itulah yang mengendalikan tubuh/fisik luar. Bagi orang2 yang menggapai level tertinggi dalam pemahaman kehidupan, rasa sakit fisik, tidak akan pernah merusak jiwa yang ada di dalamnya. Dia justeru lebih mencemaskan rasa sakit di jiwanya, seperti penyakit hati, takabur, sombong, dendam, dusta, dll. Tapi sebaliknya, bagi orang2 kebanyakan, tertusuk duri kecil saja satu malam dia tidak bisa tidur, sibuk memberi tahu orang sedunia lewat jejaring sosial: gue habis ketusuk duri loh.

Baiklah, saya tidak akan berlama-lama menulis soal ini. Nanti tulisan ini kemana-mana, sok filosofis. Pun jadi sarkasme. Saya menulis catatan ini karena ada sebuah kisah yang baik kita ketahui. Here we go:

Urwah bin Zubair (cucu Abu Bakar Ash Siddiq, salah satu tabiin) pernah melakukan perjalanan Madinah-Damaskus untuk menemui khalifah. Ketika tiba di sebuah tempat yang belum jauh dari Madinah, kaki kiri beliau terluka. Dia kira itu luka biasa, tapi ternyata infeksi, parah, hingga ketika tiba di Damaskus, luka itu membusuk. Ahli pengobatan di sana menyarankan agar kaki itu diamputasi atau akan semakin parah dan bisa berbahaya. Obat bius sudah dikenal di masa itu. Tapi Urwah tidak mau meminum obat yang bisa menghilangkan kesadaran dirinya sehingga dia tidak mengingat Allah, walaupun sesaat.

Dokter jadi bingung. Lantas bagaimana? Urwah mengatakan, “Silakan kalian potong kakiku saat aku sedang shalat, agar sakitnya tidak sempat kurasakan.”

Singkat cerita, kaki Urwah dipotong saat dia sedang shalat. Menurut riwayat yang insya Allah sahih, tidak sekalipun dia terdengar kesakitan selama operasi. Shalat yang amat khusuk membuatnya lupa kalau bagian tubuhnya sedang dipotong.

Itulah kejadian yang bisa menjelaskan dengan nyata, kalau fisik/tubuh manusia itu hanya kaleng. Jiwa manusialah yang mengendalikannya. Bagi orang2 yang menggapai level tertinggi dalam pemahaman kehidupan, rasa sakit fisik, tidak akan pernah merusak jiwa yang ada di dalamnya. Dia justeru lebih mencemaskan rasa sakit di jiwanya, seperti penyakit hati, takabur, sombong, dendam, dusta, dll. Tapi sebaliknya, bagi orang2 kebanyakan, dia tidak peduli kalau jiwanya sakit parah, bernanah, busuk seperti bangkai, yang penting fisiknya/tubuhnya kinclong, mulus macam yang sering dilihat di televisi.

Demikianlah.

{ 0 komentar... read them below or one }

Posting Komentar